Sunday, April 14, 2019

Suhu dan Kalor


A.  Suhu

Dalam percakapan sehari-hari, teman-teman pasti tidak asing lagi dengan istilah “panas” dan “dingin”. Setiap benda mempunyai tingkat (derajat) panas tertentu, tingkat panas itu dapat bertambah atau berkurang. Tingkat panas benda akan naik jika benda itu dipanaskan dan akan turun jika didinginkan. Tingkat atau derajat panas disebut dengan suhu, benda panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan benda dingin dikatakan bersuhu rendah.
Alat untuk mengukur tingkat panas suatu benda yaitu Thermometer, tingkat panas benda dinyatakan dalam satuan derajat (o). Thermometer berupa tabung kaca berskala yang di dalamnya diisi zat cair. Zat cair yang banyak digunakan sebagai pengisi thermometer adalah raksa. Dalam hal ini, raksa mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan zat cair lain. Kelebihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.    Raksa tidak membasahi dinding. Akibatnya, pembacaan skala menjadi lebih teliti, terutama jika suhu berubah-ubah dengan cepat.
2.    Jangkauan ukurannya lebar. Hal ini disebabkan interval titik beku dan titik didih raksa lebar, raksa membeku pada suhu -390C dan mendidih pada suhu 3570C.
3.    Raksa berwarna gelap dan mengkilap seperti perak. Hal ini memudahkan dalam pembacaan skala.
4.    Raksa merupakan penghantar yang baik. Dengan kata lain, raksa sensitif terhadap perubahan suhu sehinggaperubahan suhu yang kecil pun dapat diketahui
5.    Pemuaian pada raksa teratur.
Selain raksa, zat cair yang juga sering digunakan untuk mengisi thermometer adalah alkohol. Termometer alkohol dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah, hal ini disebabkan titik beku alkohol mencapai -1150C. Namun, termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu tinggi. Hal ini disebabkan pada suhu 780C alkohol mendidih. Kelemahan yang lain adalah alkohol tidak berwarna dan membasahi dinding kaca sehingga mempersulit pembacaan skala.

1.    Pengukuran Suhu

Untuk mengukur suhu, temometer diberi skala. Ada empat skala termometer yang banyak diginakan, keempat skala tersebut adalah skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. 

Perbandingan panjang skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahreinheit (F) adalah 
C: R:F = 100:80:180



















2.    Pemuaian Zat

Setiap zat terdiri atas molekul-molekul, molekul-molekul itu selalu dalam keadaan bergerak. Energi gerak setiap molekul akan bertambah jika suhunya naik, akibatnya ruang gerak molekul makin luas. Makin luasnya ruang gerak molekul itulah yang menyebabkan benda memuai. Jadi, pada umumnya benda akan memuai jika dipanaskan. Sebaliknya jika suhunya turun, energi gerak molekul juga turun. Akibatnya ruang gerak molekul makin sempit, menyempitnya ruang gerak molekul itu menyebabkan benda menyusut. Jadi, pada umumnya benda akan menyusut jika suhunya turun.
a.    Pemuaian Zat Padat
Pemuaian yang terjadi pada zat padat ada tiga kemungkinan, yaitu muai panjang, muai luas, dan muai volume. Muai panjang terjadi pada benda yang bentuknya batang (memanjang), sebenarnya pada benda yang berbentuk batang juga terjadi muai luas dan muai volume. Namun, kedua macam muai tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan muai panjang.
























            Pada benda yang berbentuk lempeng (datar), yang terjadi adalah pemuain luas. Dalam hal ini, berlaku rumus :



























































Berdasarkan tabel diatas, udara memiliki muai panjang besar. Hal ini mengakibatkan udara sangat mudah mengembang karena kenaikan suhu dan menyusut karena penurunan suhu. Contohnya adalah balon yang ditiup, kemudian dipanaskan pada terik matahari. Setelah beberapa saat, balon akan meledak karena tekanan udara yang ada di dalamnya memuai.

Beberapa Peristiwa yang Berkaitan dengan Pemuaian Zat Padat

1)      Sambungan rel kereta harus diberi celah. Celah ini disediakan untuk memuai sehingga rel tidak membengkok (melengkung). Selain itu, sambungan rel dapat juga dibuat secara bertautan.
2)      Pada salah satu ujung jembatan besi harus dipasang roda-roda. Dengan roda-roda itu, pemuaian besi pada jembatan tidak terhalang oleh dinding penopang. Dengan demikian, jembatan tidak akan melengkung.
3)      Pemasangan kawat telepon dibuat kendur. Dimaksudkan agar kawat tersebut tidak putus ketika menyusut pada saat udara dingin.
4)      Gelas yang dituangi air mendidih dengan tiba-tiba akan retak, bahkan kadang-kadang pecah. Hal ini disebabkan bagian dalam gelas memuai lebih cepat dari pada bagian luarnya. Perbedaan kecepatan pemuaian itu terjadi karena gelas bukan konduktor yang baik.
b.    Pemuaian Zat Cair
Perhatikan pada saat teman-teman memasak air. Jika sebuah cerek yang berisi penuh dengan air dipanaskan, mula-mula air tidak tumpah. Akan tetapi, setelah mendidih, air itu tumpah. Tumpahnya air dari cerek menunjukan bahwa air pada saat itu lebih besar dari volume cerek. Hal ini berarti pemuaian air lebih besar daripada volume cerek.








































Koefisien muai pada tekanan tetap pertama kali diteliti oleh Gay Lussaac. Selain itu, dia juga berhasil merumuskan bahwa untuk gas ideal, hubungan antara volume gas pada tekanan tetap dan suhu bersifat linear.
Pada volume tetap, tekanan gas bergantung pada suhunya. Dalam hal ini, gas dikatakan mengalami tekanan. Besar koefisien muai tekanan gas sama dengan koefisien muai volume gas. Dengan demikian, gas pada volume tetap dirumuskan :










B.  Kalor

Coba cermati peristiwa sehari-hari yang sering teman-teman lihat dan alami. Misalnya saat memegang salah satu ujung batang besi yang dipanaskan, tangan teman-teman akan ikut merasakan panas. Berdasarkan peristiwa tersebut, apakah definisi kalor menurut teman-teman?
Pada awalnya orang memahami kalor sebagai zat alir yang tidak dapat dilihat yang dinamakan plogiston. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kalor dapat berpindah-pindah. Pemahaman tersebut telah berubah ketika Rumford (1753-1814) mengamati suatu proyek pengeboran laras meriam. Berdasarkan hasil pengamatannya, suatu mata bor besi dalam keadaan tumpul tetap menghasilkan kalor. Pada keadaan tersebut, air pendingin yang digunakan saat pengeboran tetap mendidih dan menguap. Berdasarkan fakta itu, Rumford berpendapat bahwa kalor merupakan suatu bentuk energi, bukan suatu zat alir. Selanjutnya apandangan Rumford dikembangkan oleh Joule.
Prinsip percobaan Joule adalah mengaduk air menggunakan energi beban yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Beban itu digantungkan pada sebuah tali yang dililitkan pada sumbu roda sudu. Roda sudu berada dalam bejana yang berisi air yang disebut kalorimeter. Setelah dilakukan berulang-ulang, ternyata suhunya naik. Apabila kalor merupakan zat alir, naiknya suhu air dalam kalorimeter sangat mengherankan karena dalam hal ini tidak ada aliran kalor ke air.
Pada percobaan itu, naiknya suhu air disebabkan oleh perputaran roda suhu. Perputaran itu terjadi karena rosa sudu memiliki energi kinetik (gerak). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam percobaan itu terjadi perubahan energi kinetik menjadi panas. Panas inilah yang disebut kalor. Jadi, kalor merupakan bentuk energi, yaitu energi panas. Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah hingga terjadi keseimbangan termal di antara keduanya.
Selain berhasil menunjukan bahwa kalor merupakan bentuk energi, Joule juga berhasil menyatakan kesetaraan antara kalori dan satuan energi, yaitu juole (J).
1 kal = 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kal
1 kkal = 4,2 X 103 joule

1.  Kalor Jenis dan Kapasitor Kalor

Kalor merupakan bentuk energi. Oleh karena itu, kalor dapat diubah menjadi bentuk lain. Jika teman-teman mengguncang-guncang air dalam botol, beberapa saat air itu menjadi hangat. Dengan kata lain, suhu air dalam botol naik. Hal itu disebabkan energi kinetik air berubah menjadi kalor. Kalor juga dapat dibentuk dari energi kimia, contohnya sumber energi kimia adalah makanan. Dalam tubuh teman-teman, energi kimia yang terkandung dalam makanan diubah menjadi energi kinetik dan kalor (panas tubuh).
Perubahan jumlah kalor pada suhu benda ditandai dengan kenaikan atau penurunan suhu atau bahkan perubahan wujud benda itu. Jika benda menerima kalor, suhunya akan naik. Sebaliknya, suhunya akan turun jika melepaskan kalor. Banyak kalor yang diterima atau dilepaskan suatu benda sebanding dengan besar kenaikan atau penurunan suhunya. Secara matematis, hubungan antara banyak kalor dan kenaikan suhu dituliskan sebagai berikut:




































Kalor jenis zat (c) adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikkan suhunya sebesar satu satuan suhu.
Catatan :
Jika tidak diketahui dalam soal, kalor jenis air diambil 4,200 J/Kg0C atau 1 kal/g 0C atau 1 kkal/kg 0C bergantung pada satuan yang digunakan.
Setiap benda mempunyai kemampuan menyerap atau melepas kalor. Berdasarkan hal itu, dikenal istilah kapasitas kalor benda. Kapasitas kalor (C) diartikan sebagai kemampuan benda untuk menyerap atau melepaskan kalor tiap perubahan suhu sebesar satu satuan suhu. Secara matematis, kapasitas kalor dituliskan :





                       jika digabungkan persamaan 12 dan persamaan 13terlihat bahwa C = m c.

2.  Perubahan Wujud Zat

Selain untuk menaikan suhu, kalor yang diserap zat digunakan untuk mengubah wujud. Pada saat berubah wujud, suhu zat tetap. Ada perubahan wujud yang memerlukan kalor, tetapi ada juga perubahan wujud yang melepaskan kalor. Perubahan wujud zat yang memerlukan kalor adalah menguap dan mencair, sedangkan yang melepaskan kalor adalah mengembun dan membeku.
Perubahan wujud suatu zat bergantung pada tekanan dan suhu, hubungan antara suhu dan tekanan pada perubahan wujud dapat dijelaskan sebagai berikut. Diagram dibawah ini menggambarkan hubungan fase padat, cair, dan gas berkaitan dengan tekanan dan suhu. Terdapat titik penting pada diagram tersebut, yaitu triple dan titik kritik (kritis).

Titik triple adalah suatu titik yang ditandai dengan keadaan padat, cair, dan gas terjadi bersama-sama. Titik kritik merupakan pertemuan suhu kritik dan tekanan kritik, suhu kritik adalah suhu maksimum agar suatu gas dapat diubah bentuknya menjadi cair. Tekanan kritik adalah tekanan maksimum agar suatu zat cair dapat diubah menjadi gas.
Gas dan uap berbada, dimana uap dapat diubah bentuknya menjadi cair, tetapi gas tidak dapat diubahn bentuknya menjadi cair. Dengan kata lain, untuk mengembun gas suhunya harus di bawah suhu kritis. Sebaliknya, untuk menguapkan cairan, tekanannya harus di bawah tekanan kritis.
a.  Menguap dan Mengembun
Menguap dan mengembun merupakan dua proses perubahan wujud yang saling berkebalikan. Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair ke gas (uap), sedangkan mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas ke cair. Setiap jenis zat memerlukan sejumlah kalor tertentu untuk menguap. Kalor yang diperlukan untuk menguap disebut kalor uap, besar kalor uap bergantung pada jenis zat. Kalor uap didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi gas tanpa ada perubahan suhu.
Kebalikan dari menuap, pada zaat mengembun zat melepaskan kalor. Besar kalor yang dilepaskan zat bebeda-bed, bergantung pada jenis zat. Kalor yang dilepaskan 1 kg gas untuk mengubah seluruh wujudnya menjadi cair tanpa ada perubahan suhu disebut kalor embun.
Jika dipanaskan, suatu zat cair itu akan mendidih pada titik didihnya. Pada saat itu, kalor yang diberikan tidak digunakan untuk menaikan suhu, tetapi digunakan untuk menguap sampai seluruhnya menjadi gas (uap). Setelah menjadi gas, kalor yang diterima digunakan untuk menaikan suhu gas. Jika pemanasan dihentikan, suhu gas akan turun dan akan mengembun pada titik embunnya sampai seluruhnya berubah wujud menjadi cair. Dalam hal ini, titik embun gas merupakan titik didih zat cair. Jadi, titik didih suatu zat sama dengan titik embunnya. oleh karena itu, kalor uap zat sama dengan kalor embunnya.
Kalor uap dan kalor embun sering disebut kalor laten (L), laten artinya tersembunyi. Dikatakan demikian karena pada saat berlangsung perubahan wujud zat dengan menyerap atau melepas kalor, tidak diikuti dengan perubahan suhu. Banyak kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud suatu zat sebanding dengan massanya (m)
b.   Melebur dan Membeku
Melebur dan membeku merupakan dua proses yang berkebalikan. Melebur  adalah proses perubahan wujud dari padat ke cair, sedangkan membeku adalah proses perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat akan melebur pada titik leburnya dan membeku pada titik bekunya. Hubungan keduanya dapat digambarkan secara garfik oleh gambar dibawah
Jika dipanaskan, sebongkah es (padat) akan melebur (mencair) pada titik leburnya (00C), sampai seluruhnya berubah menjadi air. Selama proses itu berlangsung, suhu es tetap. Jika pemanasan terus dilakukan, kalor yang diberikan digunakan untuk menaikkan suhu air. Sebaliknya, jika pemanasan dihentikan suhu air akan turun dan akan membeku pada titik bekunya samapi seluruhnya berubah wujud menjadi es. Titik beku air tidak lain merupakan titik lebur es. Jadi, kalor yang diperlukan untuk membekukan 1 kg air sama dengan kalor yang digunakan untuk meleburkan (mencairkan) 1 kg es. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan kalor lebur sama dengan kalor bekunya, kalor lebur dan kalor beku juga disebut kalor laten.

Jadi kalor yang diperlukan oleh zat bermassa m untuk menguap atau mengembun dan melebur atau membeku dirumuskan sebagai berikut:















C.  Perpindahan Kalor


Benda-benda yang berpijar senantiasa memancarkan ke ruangan di sekitarnya. Di dekat sebuah tungku, para pekerja di perusahaan pengolahan logam memakai pakaian pelindung. Hal ini bertujuan untuk melindungi tubuhnya dari radiasi kalor logam yang mencair. Kalor dapat berpindah melalui zat padat, zat cair, dan gas. Terdapat 3 jenis perpindahan kalor yaitu:

1.  Konduksi

Jika teman-teman memanaskan ujung logam, beberapa saat kemudian ujung yang lain menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada logam terjadi perpindahan kalor. Kalor itu merambat dari ujung logam bersuhu tinggi ke ujung logam bersuhu rendah. Dengan kata lain, perpindahan kalor hanya dapat terjadi jika ada perbedaan suhu, tidak terjadi perpindahan kalor. Perpindahan kalor melalui logam (zat padat) tidak diikuti oleh perpindahan partikel-partikel logam itu. Perpindahan kalor seperti itu disebut konduksi. Lalu bagaimana konduksi kalor itu terjadi?
Jika dipanaskan, energi kinetik partikel-partikel zat meningkat. Perlu diingat, semua partikel zat dalam keadaan bergetar. Karena energi kinetiknya meningkat, partikel-partikel itu memengaruhi getaran partikel-partikel disampinya. Akibatnya, gataran-getaran partikel itu juga makin cepat. Selanjutnya, partikel-partikel disampinya itu juga memengaruhi getaran partikel-partikel  disamping berikutnya. Dalam hal ini, partikel-partikel zat berpindah. Energi kinetik partikel zatlah yang berpindah. Besar energi kinetik sebanding dengan suhunya.
Banyaknya kalor yang mengalir melalui bahan dengan cara konduksi bergantung pada beberapa hal:
a.    Selisih suhu antara dua ujung bahan yang ditinjau,
b.    Luas penampang (A) bahan,
c.     Tebal bahan (L).
d.    Selang waktu mengalir (t),
e.    Jenis bahan
Secara metematis, kebergantungan itu dirumuskan sebagai berikut: 




















2.  Konveksi

Konveksi adalah perpindahan kalor yang terjadi karena adanya aliran partikel-partikel zat perantara. Dalam hal ini, kalor mengalir bersama aliran partikel-partikel itu. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat alir (fluida), yaitu air dan udara. Aliran air atau udara terjadi dengan dua cara, yaitu mengalir secara alami dan dialirkan secara paksa. Oleh karena itu, perpindahan kalor dengan cara konveksi dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu konveksi alami  dan konveksi paksa.
contoh konveksi alami yaitu aliran air secara vertikal dan terjadinya angin darat dan angin laut, sedangkan  contoh konveksi buatan yaitu naiknya air karena dipompa dengan pompa air dan masuknya udara dalam ban dengan cara dipompa.
Laju perambatan kalor secara konveksi sebanding dengan luas daerah yang dilalui dan perbedaan suhu antara dua titik fluida. Secara matematis, hubungan itu dirumuskan:













Nilai koefisien termal ditentukan oleh bentuk dan kedudukan geometri bidang aliran serta fluida yang mengalir.

3.  Radiasi

Antara bumi dan matahari dibatasi ruang hampa. Kalor dapat berpindah melalui ruang hampa, hal ini terbukti sinar matahari dapat sampai bumi. Perpindahan kalor melalui ruang hampa dilakukan dengan cara radiasi (pancaran). Dalam hal ini, kalor dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Jadi gelombang elektromagnetik dapat merambat malalui ruang hampa.
Setiap benda panas memancarkan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik yang dipancarkan mempunyai panjang gelombang dan frekuensi tertentu, bergantung pada suhunya. Jika mengenai benda, gelombang elektromagnetik mengalami tiga kemungkinan perlakuan, yaitu diserap, dipantulkan, atau diserap sebagian dan sebagian yang lain dipantulkan. Namun, pada umumnya jika mengenai benda, gelombang elektromagnetik akan diserap sebagian dan sebagian lain dipantulkan. Gelombang elektromagnetik akan diserap semua jika mengenai benda hitam dan akan dipantulkan semua jika mengenai benda mengkilap.
Benda hitam adalah benda yang dapat menyerap dan memancarkan gelombang elektromagnetik dengan sempurna. Menurut Stefan dan Boltzman, energi yang dipancarkan oleh benda hitam sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya (T4). Secara matematis, dirumuskan :
























Benda selalu membentuk keseimbangan termal dengan lingkungannya. Jika suhunya lebih tinggi dari pada lingkungan, benda itu memancarkan kalor. Sebaliknya, jika suhunya lebih rendah daripada lingkungannya, benda akan menyerap kalor. Besar energi yang dipancarkan atau diserap benda dirumuskan:









D.  Asas Black
Kalor merupakan bentuk energi, yaitu energi panas. Oleh karena itu, pada kalor berlaku hukum kekekalan energi kalor. Jika dua buah benda yang suhunya berlainan disentuhkan atau dicampur, benda yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor dan benda yang bersuhu rendah akan menyerap kalor. Benyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diserap, pernyataan ini pertama kalo dikemukakan oleh Black. Oleh karena itu, pernyataan ini sering disebut asas Black, yang secara matematis dapat dituliskan :
Qlepas = Qserap....................................................................... 22
Berdasarkan asas black, teman-teman dapat menentukan kalor jenis suatu zat, alat yang dapat digunakan untuk menentukan kalor jenis zat disebut kalorimeter. Prinsip kerja kalorimeter adalah sebagai berikut. Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan sekitar, termometer, dan pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya dapat diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dirambatkan, kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis bahan itu dapat dihitung.
Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal, bersamaan engan dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, air dalam bejana diaduk. Keseimbangan termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah konstan. Pada saat terjadi keseimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat dihitung berdasarkan asas Black.
Kalorimeter juga tidak hanya digunakan untuk mengukur kalor jenis bahan logam, melainkan dapat juga digunakan untuk keperluan lain yang berkaitan dengan kalor (jumlah kalor). Beberapa kegunaan kalorimeter yang lain adalah untuk menunjukan asas Black, mengukur kesetaraan kalor listrik, mengukur kalor lebur, mengukur kalor uap, dan mengukur kalor jenis ukuran.


terimakasih telah berkunjung semoga bermanfaatđź’“






No comments:

Post a Comment